Drrt… drrt..
Hape di saku celana Nina bergetar, dia yang sedang siap-siap ingin
menemui Andre, kekasihnya, mengambil hapenya dan membaca tulisan di
layar hapenya. Ternyata ada sms dari Anug. Belum sempat Nina membaca
keseluruhan smsnya, hapenya bergetar lagi ada panggilan dari nomer Anug.
“Iya Nug, aku lagi mau balas sms kamu”, ucap Nina saat menjawab panggilan dari Anug.
“Buruan deh kamu ke depan Pineaple ya. Aku tunggu”
“Hah? Sekarang?”
“Yaiyalah, kan aku mintanya sekarang?”
“Tapi… aku… ada janji”
“Sama pacarmu?”
“Hm, iya”
“Ayok donk beph, kamu harus nemuin aku dulu, ini penting banget.
Masalahnya ada suatu problem yang gawat, kalo gak buru-buru diselesaiin,
ntar jadi semakin parah. Aku gak mau beph”
Anug oh Anug. Dia itu mantan Nina, tapi masih gencar banget mencuri perhatiaannya si Nina.
“Hah? Apaan sih? Ada apa?”
“Makanya temuin aku sekarang di Pineaple ya beph”
Entahlah, ini karena naluri wanita atau apaan ya. Nina gak tega jika
harus menyakiti si Anug lagi. Dia sudah mutusin si Anug, dan rasanya dia
gak tega jika menolak permintaan Anug. Karena bagi Nina, memutuskan
Anug adalah ‘rasa sakit’ tersendiri dan dia harus mengobatinya dengan
cara tidak melukai Anug lagi. Tapi justru disinilah letak kesalahan
Nina. Harusnya dia tidak mengandalkan sisi sensitifnya. Harusnya dia
tegas, bahwa ada batasan antara kekasih dan mantan. Tapi dalam kehidupan
Nina, dia selalu mengutamakan si Anug, sang mantan.
“Oke”, jawab Nina akhirnya setuju.
“Aku tunggu ya beph, jangan lama-lama”
“Iya, ini aku meluncur ya”
“Makasih beph, ati-ati ya”
Nina mengakhiri panggilannya.
Nina menatap layar hapenya, dia harus mengabari Andre, tapi apa? Apa
alasannya? Nina memutar otaknya untuk mencari alasan yang masuk akal.
Tak lama kemudian dia mengirim sms buat Andre.
sayang, aku ke rumahnya sayang
agak malaman ya, jam 8nan
Delivered!
Buru-buru Nina pamit sama ibunya mau ke rumah Andre, dia naik motor dan meluncur ke Pineaple.
Sampai di Pineaple.
Nina masuk ke dalam Pineaple. Warnet langganan Anug. Nina mencari sosok
Anug di setiap blok komputer. Akhirnya dia menemukan sosok Anug di blok
dekat server.
“Ehem..”, ucap Nina.
“Eh, udah dateng beph? Ya udah, ayok kita langsung capcus ya.”
“Eh eh, kita mau kemana?”, tanya Nina.
Anug diam saja, dia ke server membayar billingnya lalu menggandeng Nina
keluar dari Pineaple. Nina masih bertanya-tanya mau dibawa kemana dia.
“Mana kontaknya beph?”, ucap Anug minta kontak motor Nina, dan Nina
memberikannya. Dia membonceng Anug naik motornya. Entahlah, Nina enggak
tau mau diajak kemana sama si Anug.
“Kita mau kemana?”
“Aku kangen kamu beph, peluk donk”
DEG!
Aduh, Nina merasa jantungnya berdebar, dia terbawa suasana. Pelan-pelan Nina merangkulkan tangannya ke pinggang Anug.
“Emangnya aku mau diajak kemana?”
“Aku pengin keliling sama kamu naik motor beph. Kita udah lama kan enggak kayak gini.”
“Hehe, kamu kangen ya sama masa-masa kita pacaran?”
“Sekarang pun kita masih pacaran beph, walaupun kamu ada si Aishiteru. Aku tau kok kamu enggak cinta sama dia.”
Nina tersenyum mendengar kata Aishiteru, dia tau kenapa Anug memanggil
si Andre dengan sebutan si Aishiteru, katanya si Andre mirip vokalis
Zivilia, dan lagu Zivilia yang lagi tenar kan Aishiteru.
“Tau dari mana aku enggak cinta sama dia?”
“Buktinya kamu mau meluk aku”
“Hehehehe…”
Nina benar-benar terbawa suasana. Dia kembali teringat sewaktu mereka jadian.
16 Desember 2010
“Aku itu bagai rok*k, dan rok*k enggak bakal nyala kalau enggak ada api.
Nah, mau kah kamu jadi koreknya? Agar aku menyala?”, ucap Anug saat
itu.
“Hah? Ah, kamu itu gombal ah. Pacarmu itu kan cewek yang kemarin ke rumahmu itu kan?”
“Dia itu temanku. Kan aku anak kuliahan jadi temenku banyak. Aku
sebenarnya dari dulu naksir kamu, dan berharap bisa memilikimu, tapi aku
terlalu pengecut tidak bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu”
Sebenernya itu gombal BASI banget. Tapi Nina yang udah merasa bosen
jomblo 6 bulan, akhirnya merasa terbawa angin melambung tinggi.
“Beph”, ucap Anug membuyarkan lamunan Nina.
“Iya?”
“Rumahnya si Andre itu ya?”
Hah? Kok sampai rumahnya si Andre si? Buru-buru Nina melihat
sekelilingnya. Eh, bener, yang ditunjuk Anug itu memang rumahnya Andre.
Kok Anug tau si?
“Kok kamu tau sih?”
“Karena aku sering lihat kamu kesitu beph. Oiya, mampir yuk beph”
“Heh! Heh! Plis deh. Jangan donk.”
“Kenapa? Kamu bisa TEGA sama aku kenapa kamu tidak bisa tega sama dia”,
ucap Anug membuat Nina merasa di tonjok dadanya. Sakit banget. Buru-buru
Nina mempererat pelukannya. Dia tau dia salah sama Anug. Dia sudah
melukai Anug dan menyakiti Anug.
“Jangan dibahas lagi donk beph”
“Apa kamu tidak rasa apa yang aku rasa beph?”
Nina tanpa sadar menitikkan air matanya. Dari spion, Anug melihat Nina sedang mengusap air matanya.
“Aku tau aku salah”, ucap Nina, “Tapi aku gak mungkin menyakiti Andre. Aku kasian sama dia”
“Kamu kasian sama dia tapi kamu enggak kasian sama aku? Kamu bisa
menyakitiku tapi kamu tidak bisa menyakitinya? Ini enggak adil beph”,
ucap Anug lalu menghentikan motornya di pinggir jalan. Anug
menstandarkan motornya dan menoleh ke belakang, menatap Nina dan
mengusap air matanya.
“Aku enggak mau nyakitin orang lagi beph”
“Kamu pura-pura mencintainya itu pun sudah MENYAKITI beph.”
Nina semakin meneteskan air matanya. Entahlah.. kenapa semua kata-kata Anug membuat dia merasa bersalah sama Andre.
“Jangan menangis lagi beph. Aku sayang kamu”, ucap Anug sambil memeluk Nina.
Drrrtt… Drrtt..
Hape Nina bergetar. Nina melepas pelukan Anug dan mengusap air matanya.
Lalu dia mengambil hapenya. Tapi keburu diambil Anug dan dimasukkan ke
saku celananya.
“Eh, beph.. aku mau lihat lah itu sms dari siapa”
“Enggak. Sekarang kamu itu lagi sama aku. Jadi kamu harus meninggalkan semua yang mengganggu kita.”
“Tapi…”
“Ayok jalan lagi kita beph, kamu yang depan ya”
Anug turun dari motor dan Nina disuruh yang depan. Dia membonceng.
Nina menjalankan motornya pelan-pelan. Perasaan Nina was-was, soalnya
Nina tau tadi ada sms dari Andre.
“Kita mau lurus aja apa belok?”
“Lurus aja beph”
“Tapi aku enggak tau daerah ini beph?”
“Lurus aja bebeph sayang. Kita enggak bakal nyasar”
Nina melihat dari kaca spion, Anug sedang utak utik hapenya. Oh Tuhan.. tolong, semoga semua akan baik-baik saja.
“Beph, kamu sms siapa?”, tanya Nina.
“Tujuh lima dua triple lima”
DEG! Itu kan nomer belakangnya si Andre.
“Beph, jangan dikasar ya beph ya. Kalem ya. Toh aku sekarang kan lagi
sama kamu beph”, pinta Nina agar Anug tidak sms yang macem-macem.
“Dia sms *Yank* gitu, trus aku balas, *Jangan panggil aku yank lagi, aku bukan pacarmu lagi, kita putus*, trus dia belum balas”
DEGGEERR!!
Sumpah rasanya Nina mau nyemplung got saja.
“Kalem donk beph. Aku bisa mutusin dia, tapi enggak begini caranya”
“Tapi udah aku kirim beph, udah dibaca dia”
“Ah, terserah deh”
“Gitu donk beph. Oia, beph beph, miring kanan donk?”
“Ada apaan?”, ucap Nina sambil menoleh ke kanan. Kemudian ‘muach’, Anug
mencium pipi kanan Nina. Ah, ciuman Anug jadi bikin tambah galon. Tuhan,
tolong Nina.
“Eh beph, dia balas gini *oh* gitu aja. Haha, berarti dia enggak papa beph”
“Udah ya, jangan dibalas lagi. Dia kan udah jawab oh”, ucap Nina biar Anug enggak semakin menorehkan luka pada Andre.
“Ah, enggak seru beph. Dia harus tau kalo kamu Cuma sayang sama aku aja”
“Tuh kan, kamu gitu ah. Udah doonk”
“Iya iya udah aku kirim kok beph, aku bilang *aku mau pacaran sama Anug aja* gitu beph”
Ya Ampun!! Jahat banget sih si Anug itu. Hem, ternyata cinta itu begini
ya, saat menyakiti berubah menjadi hal sangat menakutkan.
“Beph, yang salah kan aku, bukan dia, kenapa kamu nyakitin dia?”
“Kalo enggak digituin, kapan kamu putus sama dia? Kamu bilang kamu
enggak tega. Aku enggak mau beph, kamu sama orang lain. Aku ini enggak
rela tau gak?!”
Cinta oh Cinta.. apa yang harus Nina perbuat?
“Beph, kita jadian lagi ya”, ucap Anug sambil memeluk Nina.
Nina bukannya senyum tapi dia malah diam. Dia sedang kepikiran, gimana
perasaannya Andre. Sebenarnya Nina putus sama Anug itu karena Anug
sering kontak sama mantannya, dan Nina enggak mau diduakan, makanya Nina
minta putus, lalu enggak lama jadian sama Andre. Tapi Anug sadar, kalau
perhatian Nina enggak bisa dia dapetin dari siapapun. Karena Nina
sekali mencintai, maka pengorbanannya akan kelihatan banget. pengorbanan
waktu, pikiran dan perasaan. Itulah kenapa Anug maju terus menggapai
Nina.
Dan sekarang Nina lagi galon (baca: galau).
Nina mengantar pulang Anug sampai di rumah.
“Makasih ya beph. Kamu langsung pulang ya. Jangan keluyuran”, ucap Anug
sambil mengecup kening Nina. Pengennya nolak, tapi Nina kalah cepat.
“Iya”, ucap Nina lalu memutar balikkan motornya.
Dia melaju pelan-pelan. Dia melirik jam di tangannya, menunjukkan pukul
20.45. Sudah terlalu malam bagi Nina. Dia memutuskan untuk pulang. Eh
hape? Aduh, masih di Anug lagi, haruskah putar balik lagi? Ah, Nina
malas mau mutar balik. Akhirnya dia memutuskan untuk langsung pulang.
Sampai di rumah,
Nina ternyata sudah di tunggu Ibunya di ruang tamu.
“Darimana kamu Na?”
“Keluar Bu, jalan-jalan”
“Sama Anug?”, ucap Ibu sambil menatap Nina.
DEG! Dari nada suara Ibu, sepertinya ibu sedang marah. Iya, Ibu Nina
enggak suka Nina pacaran sama Anug. Beliau tidak mengizinkan Nina
berpacaran dengan anak Pak RT itu. Kata Ibu, anak Pak RT itu terlalu
manja, kelewat manja malah.
“Enggak Bu”
“Jangan bo’ong, tadi Andre telpon ibu, dia tanya kamu di rumah enggak?
Ibu bilang kamu lagi keluar katanya mau ke rumah Andre gitu. Tapi Andre
bilang kamu enggak dateng ke rumahnya.”
“Bu, pinjem hapenya boleh? Mau telpon Andre”
“Lah hapemu kemana?”
“Lupa, kebawa temen”
“Kebawa Anug? Iya kan? Kebawa Anug kan?”
“Ibu… udah ah, pinjemin dulu hapenya”
Ibu memberikan hapenya kepada Nina. Kemudian Nina memencet nomer
telpon dan memanggilnya. Dia melangkah menuju kamarnya, biar Ibu tidak
mengganggu pembicaraannya nanti.
Tuut… Tuut.. Tuut..
“Ya, Bu?”
“Hm, ini aku Ndre, Nina”
“Oh”
“Tadi ibu telpon ya?”
“Iya, emang kamu abis darimana?”, ucap Andre kalem banget tanyanya. Huft, semakin Nina enggak bisa ngomong aja.
“Tadi aku ketemu Anug, dan aku dipaksa untuk ikut dia”
“Dan kamu mau? Kenapa sih yank? Kenapa kamu enggak berani melawan Anug?
Toh dia kan sudah jadi mantan kamu. Kamu takut kenapa sih? Dia ngancam
kamu? Dia nyakitin kamu?”
Bertubi-tubi pertanyaan dari Andre malah membuat Nina tidak bisa menjawabnya.
“Hem, maafin aku ya sayang. Aku tau aku salah”, Cuma itu yang keluar dari mulut Nina.
“Kamu masih sayang sama Anug?”
“Eh, enggak! Aku tadi gak pengen aja disakitin dia malam-malam gini. Aku
kan takut sama dia yank. Tadi hapeku aja diambil dia. Kamu enggak usah
sms nupeku ya. Hapeku dibawa Anug”
“Suruh bokap kamu ambil donk sayank. Ini namanya perampasan”
“Ah, udah donk sayank.. biarin aja. Besok aku ambil sendiri hapenya”
“Harus sama aku”
“Jangan nanti yang ada malah ribut yank”
“Kamu itu pacarnya siapa? Pacarnya aku atau Anug sih? Kalo kamu pacarku, kamu harusnya nurut donk apa kataku”
“Hufh… iyaa”, ucap Nina lalu mengakhiri panggilannya.
Sebenarnya Nina sayang sama Anug, tapi Ibu? Ibu tidak merestuinya.
Itu lah kenapa Nina berani memutuskan Anug. Tapi alasan Nina waktu itu
adalah tidak ikhlas diduakan sama Anug yang masih ada kontak sama
mantannya.
Di kamar Anug,
Anug menatap layar hape Nina. Dia mengirim sms kosong ke nomer hape
Andre. Dia sengaja ingin mengacaukan hubungan Nina dan Andre.
Anug itu sayang banget sama Nina. Dia bener-bener sayang sama Nina.
Tapi dia tidak pernah menyangka akan diputus Nina dan digantikan dengan
seorang Aishiteru. Anug benci banget melihat Nina berboncengan sama
Andre.
Ddrrrtt.. ddrrrt..
Hape yang Anug pegang bergetar ada sms masuk dari Andre.
Andre: Anug ya?
Anug: iza, knp?
Andre: balikin hapenya Nina. Pa Qm gak bisa beli hape?
Anug: siapa kamu? Nina udah jadi pacarku
Andre: dia itu terpaksa melakukannya karna dia takut sama Qm
Anug: hahaha trus?
Andre: biar fine, kita ketemu di Pineaple aja
Anug: mau gulat? Di lapangan donk!
Andre: aQ ini menang taekwondo tingkat provinsi. Jadi aQ ga takut. Ayo!
Anug: hahahaha
Andre tidak membalas lagi. Anug merasa menang sudah mengacaukan
hubungan mereka. Andre sebentar lagi akan merasakan apa yang pernah Anug
rasakan dulu.
Pagi, pukul 08.13
Nina males banget mau bangun dari tempat tidurnya. Hari ini hari minggu,
dia libur kerja. Dia enggak tau apa yang harus dia katakan sama Andre
dan Anug. Perasaannya enggak karuan banget hari ini. Kalau dia milih
Anug? Ibu pasti akan marah besar. Dan kalau dia milih Andre? Anug pasti
akan marah dan memporak porandakan suasana.
Ayo Nina, pikirkan dengan kepala dingin!
Emang sih, Anug itu orangnya terlalu urakan dan enggak dewasa,
kekanak-kanakan, terlalu manja. Sedangkan Andre? Dewasa banget
pemikirannya. Tapi Andre? Saking dewasanya, terlalu putih hidupnya.
Sedangkan Anug? Berwarna abu-abu. Kadang malah oranye. Eh, kok jadi
ngomongin warna sih? Aduh, Nina enggak tau apa yang harus dia lakukan.
Dia yang jelas sayang sama dua-duanya. Lebih dikit ke Anug. Tapi dia
sayang sama Ibu, tidak mungkin dia nyakitin Ibu. Jadi, mungkin Nina akan
tetap mempertahankan Andre. Tapi Anug? Haruskah dia tersakiti untuk
kedua kalinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar