“Sya, sebenarnya aku… aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu!!!”
DEGGG seketika aku terkaget mendengar perkataannya. jantungku pun mulai
berdetak tak karuan. Lucaz, cowok yang selama ini dekat denganku, saat
ini dia sedang menyatakan perasaannya padaku. Dan ini membuatku
gelagapan harus berbuat apa. Memang, selama ini cuma dia satu-satunya
cowok yang bisa membuatku nyaman saat bersamanya. Perhatiannya,
pengertiannya, membuatku benar-benar memberikan nilai lebih padanya.
Saat aku mengeluh, bersedih, seketika dia bisa menjadi seorang kakak
yang selalu memberikan nasihatnya. saat aku butuh seseorang untuk
mendengar ceritaku, dia pun bisa menjadi seorang teman yang
menyenangkan. Tak bisa aku pungkuri, jauh di lubuk hatiku, aku pun
menyukai dan menyayanginya. tapi untuk saat ini aku belum yakin dengan
perasaanku sendiri terhadapnya.
“Sya, aku harap kamu mau jadi pacar aku” Ucapnya lagi membuyarkan lamunanku. kini matanya memandang sayu ke arahku.
“a.. aku” Ucapku ragu. sekarang aku dihadapkan pada permasalahan dimana aku harus menjawab iya atau tidak.
Aku pun memejankan mataku, menarik nafas dalam agar bisa sedikit
perlahan. “Maaf” Ucapku perlahan. “Maafin aku Caz, aku… aku gak bisa
jadi pacar kamu. bukan aku gak mau atau gak suka sama kamu. Jujur aku
sayang banget sama kamu, tapi untuk saat ini aku belum bisa” ucapku
lirih tanpa berani menoleh ke arahnya.
Aku tak mendengar satu kata pun yang keluar dari mulutnya. saat itu aku
hanya mendengar nafasnya yang menderu. Dia terdiam mendengar jawabanku
yang mungkin mengecewakannya.
“kamu kan tau, kalau aku… ”
“aku tau kok, dan aku ngerti” sahutnya memotong ucapanku.
“aku tau Sya, untuk saat ini kamu belum bisa menjalin hubungan dengan cowok siapapun itu, termasuk aku” ucapnya tersenyum.
ya aku memang berkomitmen kalau untuk saat ini aku belum bisa menjalin
hubungan berpacaran dengan siapapun itu dan rupanya dia mengerti. Aku
pun tersenyum lega mendengar jawabannya.
“makasih Caz, makasih kamu udah mau ngertiin aku”.
“tapi perlu kamu tau Sya, aku akan tetap menunggu. aku akan menunggu sampai kamu mau nerima aku”. tambahnya
“eu gak perlu Caz, gak perlu seperti itu. aku takut nantinya kamu kecewa”
“nggak Sya, aku akan tetep nunggu kamu”
“baiklah, terserah kamu saja” Senyumku padanya.
Sejak hari itu, kami pun masih menjadi teman baik. Selalu bercanda,
bergurau dan aku senang bisa semakin dekat dengan Lucaz. Tapi
akhir-akhir ini kita jarang berkomunikasi, mungkin karena kesibukan kita
masing-masing. Aku pun mulai merasakan Rindu, aku selalu gelisah setiap
kali memikirkannya. kemana dia? kenapa sekarang dia jarang
menghubungiku? ingin sekali rasanya aku menghubunginya terlebih dahulu.
tapi rasa malu memaksaku untuk tidak melakukan apa-apa. dan aku hanya
bisa menunggunya menghubungiku.
Hari ini aku sangat dikejutkan dengan apa yang aku lihat di depanku
sekarang. Aku melihat Lucaz sedang bersama seseorang yang sudah tidak
asing bagiku. Dia sedang bersama Lirie, teman sekolahku dulu, tapi kami
tidak terlalu akrab. Seribu pertanyaan pun berkecamuk dalam otakku. apa
yang sedang mereka lakukan berdua disini? pikiranku langsung berpikir
jauh. rupanya ini alasan kenapa akhir-akhir ini dia jarang
menghubungiku. Aku tak sanggup membayangkan itu semua, apa mereka
pacaran? Dan benar saja, firasatku ini tidak salah. sahabatku sendiri
yang membenarkan kenyataan itu.
“Ra, si Lirie pacaran ya sama Lucaz?” tanyaku dengan menahan rasa sesak didada.
“iya Sya, mereka udah Jadian seminggu yang lalu”
bagai tersambar petir, jawaban Dira sahabatku benar-benar membuatku
terpaku. Seketika hatiku berguncang hebat, mataku mulai berkaca-kaca.
Aku tak tau, kenapa aku seperti ini. sakit rasanya mendengar kenyataan
itu.
Tiap kali mengingat mereka, nafasku terasa sesak. api cemburu
menjalar di seluruh tubuhku. Kadang ingin sekali aku memaki perempuan
itu dan menyingkirkannya, agar hanya aku yang bisa dekat dengan Lucaz.
Tapi aku sadar, aku bukan siapa-siapa Lucaz. Aku hanya seorang wanita
yang hanya bisa mengaguminya dalam diam, menatapnya dari jauh dan
mengharapkannya dalam sepi.
Kini aku hanya bisa melihat orang yang aku cintai bersama dengan
orang lain yang tak lain adalah temanku sendiri. Sakit memang mencintai
seseorang tapi tak bisa memilikinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ini
memang salahku. Aku yang salah pernah menyia-nyiakan kesempatan yang
datang padaku untuk memilikinya. Sebenarnya yang paling menyakitkan
buatku adalah Aku terlalu bodoh tidak mengatakan yang sebenarnya tentang
apa yang selama ini aku rasakan padanya. Kini semua sudah terlambat,
semua sudah terjadi. Aku juga tak pernah menginginkan untuk
mencintainya. Rasa cinta ini tercipta karena kuasa Tuhan. Aku juga tidak
tau, kapan aku mulai mencintainya. karena semuanya mengalir begitu
saja.
“sabar Sya, mungkin nanti kamu bisa punya kesempatan lagi untuk memilikinya” sahut Dira menghiburku.
Yupp mungkin benar apa yang dikatakan Dira. Mungkin suatu saat nanti
kesempatan itu akan datang lagi. Dan andai itu benar, aku pastikan, aku
akan mengatakan semuanya tentang perasaanku terhadapnya selama ini,
tanpa berharap untuk memilikinya. Hanya saja aku akan mengatakan padanya
bahwa aku pernah menjadikannya sebagai Hal Terindah dalam hidupku.
Karena mungkin, ketika kesempatan itu datang, aku telah mendapatkan
pengganti Lucaz.
Jika benar Cinta itu tak harus memiliki, melihatnya bahagia pun itu sudah cukup.
- THE END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar