Jumat, 20 Maret 2015

Ketika Cinta Harus Move On

“Sya, sebenarnya aku… aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu!!!”
DEGGG seketika aku terkaget mendengar perkataannya. jantungku pun mulai berdetak tak karuan. Lucaz, cowok yang selama ini dekat denganku, saat ini dia sedang menyatakan perasaannya padaku. Dan ini membuatku gelagapan harus berbuat apa. Memang, selama ini cuma dia satu-satunya cowok yang bisa membuatku nyaman saat bersamanya. Perhatiannya, pengertiannya, membuatku benar-benar memberikan nilai lebih padanya. Saat aku mengeluh, bersedih, seketika dia bisa menjadi seorang kakak yang selalu memberikan nasihatnya. saat aku butuh seseorang untuk mendengar ceritaku, dia pun bisa menjadi seorang teman yang menyenangkan. Tak bisa aku pungkuri, jauh di lubuk hatiku, aku pun menyukai dan menyayanginya. tapi untuk saat ini aku belum yakin dengan perasaanku sendiri terhadapnya.
“Sya, aku harap kamu mau jadi pacar aku” Ucapnya lagi membuyarkan lamunanku. kini matanya memandang sayu ke arahku.
“a.. aku” Ucapku ragu. sekarang aku dihadapkan pada permasalahan dimana aku harus menjawab iya atau tidak.
Aku pun memejankan mataku, menarik nafas dalam agar bisa sedikit perlahan. “Maaf” Ucapku perlahan. “Maafin aku Caz, aku… aku gak bisa jadi pacar kamu. bukan aku gak mau atau gak suka sama kamu. Jujur aku sayang banget sama kamu, tapi untuk saat ini aku belum bisa” ucapku lirih tanpa berani menoleh ke arahnya.
Aku tak mendengar satu kata pun yang keluar dari mulutnya. saat itu aku hanya mendengar nafasnya yang menderu. Dia terdiam mendengar jawabanku yang mungkin mengecewakannya.
“kamu kan tau, kalau aku… ”
“aku tau kok, dan aku ngerti” sahutnya memotong ucapanku.
“aku tau Sya, untuk saat ini kamu belum bisa menjalin hubungan dengan cowok siapapun itu, termasuk aku” ucapnya tersenyum.
ya aku memang berkomitmen kalau untuk saat ini aku belum bisa menjalin hubungan berpacaran dengan siapapun itu dan rupanya dia mengerti. Aku pun tersenyum lega mendengar jawabannya.
“makasih Caz, makasih kamu udah mau ngertiin aku”.
“tapi perlu kamu tau Sya, aku akan tetap menunggu. aku akan menunggu sampai kamu mau nerima aku”. tambahnya
“eu gak perlu Caz, gak perlu seperti itu. aku takut nantinya kamu kecewa”
“nggak Sya, aku akan tetep nunggu kamu”
“baiklah, terserah kamu saja” Senyumku padanya.
Sejak hari itu, kami pun masih menjadi teman baik. Selalu bercanda, bergurau dan aku senang bisa semakin dekat dengan Lucaz. Tapi akhir-akhir ini kita jarang berkomunikasi, mungkin karena kesibukan kita masing-masing. Aku pun mulai merasakan Rindu, aku selalu gelisah setiap kali memikirkannya. kemana dia? kenapa sekarang dia jarang menghubungiku? ingin sekali rasanya aku menghubunginya terlebih dahulu. tapi rasa malu memaksaku untuk tidak melakukan apa-apa. dan aku hanya bisa menunggunya menghubungiku.
Hari ini aku sangat dikejutkan dengan apa yang aku lihat di depanku sekarang. Aku melihat Lucaz sedang bersama seseorang yang sudah tidak asing bagiku. Dia sedang bersama Lirie, teman sekolahku dulu, tapi kami tidak terlalu akrab. Seribu pertanyaan pun berkecamuk dalam otakku. apa yang sedang mereka lakukan berdua disini? pikiranku langsung berpikir jauh. rupanya ini alasan kenapa akhir-akhir ini dia jarang menghubungiku. Aku tak sanggup membayangkan itu semua, apa mereka pacaran? Dan benar saja, firasatku ini tidak salah. sahabatku sendiri yang membenarkan kenyataan itu.
“Ra, si Lirie pacaran ya sama Lucaz?” tanyaku dengan menahan rasa sesak didada.
“iya Sya, mereka udah Jadian seminggu yang lalu”
bagai tersambar petir, jawaban Dira sahabatku benar-benar membuatku terpaku. Seketika hatiku berguncang hebat, mataku mulai berkaca-kaca. Aku tak tau, kenapa aku seperti ini. sakit rasanya mendengar kenyataan itu.
Tiap kali mengingat mereka, nafasku terasa sesak. api cemburu menjalar di seluruh tubuhku. Kadang ingin sekali aku memaki perempuan itu dan menyingkirkannya, agar hanya aku yang bisa dekat dengan Lucaz. Tapi aku sadar, aku bukan siapa-siapa Lucaz. Aku hanya seorang wanita yang hanya bisa mengaguminya dalam diam, menatapnya dari jauh dan mengharapkannya dalam sepi.
Kini aku hanya bisa melihat orang yang aku cintai bersama dengan orang lain yang tak lain adalah temanku sendiri. Sakit memang mencintai seseorang tapi tak bisa memilikinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ini memang salahku. Aku yang salah pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang padaku untuk memilikinya. Sebenarnya yang paling menyakitkan buatku adalah Aku terlalu bodoh tidak mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang selama ini aku rasakan padanya. Kini semua sudah terlambat, semua sudah terjadi. Aku juga tak pernah menginginkan untuk mencintainya. Rasa cinta ini tercipta karena kuasa Tuhan. Aku juga tidak tau, kapan aku mulai mencintainya. karena semuanya mengalir begitu saja.
“sabar Sya, mungkin nanti kamu bisa punya kesempatan lagi untuk memilikinya” sahut Dira menghiburku.
Yupp mungkin benar apa yang dikatakan Dira. Mungkin suatu saat nanti kesempatan itu akan datang lagi. Dan andai itu benar, aku pastikan, aku akan mengatakan semuanya tentang perasaanku terhadapnya selama ini, tanpa berharap untuk memilikinya. Hanya saja aku akan mengatakan padanya bahwa aku pernah menjadikannya sebagai Hal Terindah dalam hidupku. Karena mungkin, ketika kesempatan itu datang, aku telah mendapatkan pengganti Lucaz.
Jika benar Cinta itu tak harus memiliki, melihatnya bahagia pun itu sudah cukup.
- THE END -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar